Minggu, 03 Mei 2009

CINTA

sebagian orang tahu dan ada sebagian yang tidak tahu tentang makna cinta......
bahkan sebagian orang di belahan bumi ini begitu menganggungkan cinta.....
tapi sebagian orang sangat membenci bahkan tidak peduli dengan yang namanya cinta.....
cinta bisa memabukkan orang yang sedang kasmaran, sampai dia jauh dari Tuhannya yang telah memberinya kenikmatan hidup, bahkan ada yang rela menghilangkan nyawanya sendiri hanya demi sebuah kata "C I N T A"
semua orang yahu bahwa hidup tanpa cinta rasanya hampa, tapi jangan terlalu mendewakan cinta........
cinta bisa menjadi motivasi hidup tapi juga cinta bisa menjadi boomerang hidup kita.... Read More......

Selasa, 25 November 2008

Menuju Rumah Tangga Islami

Senin, 09 Juni 08

Pernikahan adalah peletakan batu pertama untuk sebuah bangunan keluarga. Dan rumah tangga bahagia tidak mungkin tercipta melainkan harus ditegakkan di atas pilar-pilar yang mencakup beberapa unsur antara lain; ketenangan atau sakinah; saling mencintai; saling mengasihi dan menyayangi; dan saling melindungi. Seperti firman Allah yang artinya: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah, dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Ar Ruum 21)

Apabila keluarga telah menegakkan nilai-nilai tersebut, maka tingkat rumah tangga yang ideal bisa tercapai dan cita-cita untuk menuju keluarga bahagia dan sakinah bisa terwujud. Jika sebuah keluarga dibangun dengan baik tentunya akan menyemai benih kehidupan rumah tangga dengan penuh kejujuran, kebersamaan, keterbukaan, saling pengertian, saling melengkapi, saling percaya dan saling membutuhkan; dan secara otomatis akan terbangun rasa cinta yang tulus, kemesraan dan tanggung jawab di antara anggota keluarga.

Metode Islam Dalam Membina Keluarga Bahagia

Keadilan dan pergaulan yang baik antara suami dan isteri adalah landasan utama untuk membentuk keluarga bahagia sejahtera. Untuk menegakkan tujuan mulia di atas seluruh anggota keluarga harus memperhatikan beberapa aspek di bawah ini:

1. Aspek Pembinaan Suami dan Isteri

Stabilitas rumah tangga merupakan tanggung jawab suami dan isteri. Dalam Islam seorang bapak bertugas untuk menjadi pemimpin, pembina dan pengendali keluarga dan roda rumah tangga, sebagaimana firman Allah yang artinya: "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita) dan mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka". (An Nisa'- 34)

Adapun ibu memiliki tugas yang lebih mulia yaitu merawat rumah beserta isinya dan mendidik anak serta menjaga segala amanat rumah tangga sehingga ibu laksana madrasah bagi anak-anaknya seperti yang dituturkan sebagian ahli syair:
"Ibu bagaikan sekolahan, apabila engkau persiapkan dia, berarti engkau telah mempersiapkan suatu bangsa dengan dasar yang baik".

Jadi kedua orang tua yang baik merupakan modal utama untuk memben-tuk keluarga bahagia dan sejahtera.

2. Aspek Keimanan Keluarga

Tiang peyangga utama rumah tangga adalah agama dan moral. Rumah tangga hendaknya bersih dari segala bentuk kesyirikan dan tradisi jahiliyah, serta semarak dengan aktifitas ibadah seperti salat, puasa, membaca Al-Qur'an dan berdzikir sehingga rumah terlihat hidup dan sehat secara jasmani dan rohani, sejalan dengan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Perumpamaan rumah yang di dalamnya ada dzikrullah, dan rumah yang tidak ada dzikrullah di dalamnya, ibarat orang hidup dan orang mati".

Seluruh anggota keluarga harus membiasakan berdo'a terlebih tatkala keluar dan masuk rumah dan do'a-do'a yang lain. Biasakan di dalam rumah untuk selalu membaca surat Al-Baqarah, karena itu bisa mengusir syaithan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Janganlah jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan! Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al Baqarah".

3. Aspek Ilmu Agama Keluarga

Mendidik dan mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada keluarga hukumnya wajib. Firman Allah, artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya menusia dan batu".

Imam At-Thabari menyatakan bahwa ayat di atas mewajibkan kepada kita agar mengajari anak-anak dan keluarga kita tentang agama dan kebaikan serta apa-apa yang dipentingkan dalam persoalan adab dan etika.

Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, artinya: "Tiga orang yang mendapat dua pahala; seorang dari ahli kitab yang beriman kepada nabinya dan kemudian beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam ; seorang hamba sahaya yang mampu menunaikan hak Allah dan hak majikannya; dan seorang laki-laki yang mempunyai hamba sahaya perempuan lalu ia mendidiknya dengan baik, mengajarinya dengan baik, kemudian ia memerdeka-kannya lalu menikahinya maka baginya dua pahala, (HR. Al-Bukhari)

Lebih penting lagi mengajari wanita tentang ilmu agama di rumah-rumah seperti yang telah dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallah 'anhu telah menuturkan bahwa pernah para wanita mengeluh kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengatakan: "Kami telah dikalahkan kaum laki-laki dalam berkhidmat kepadamu, karena itu buatlah untuk kami suatu hari dari harimu." Maka beliaupun menyediakan waktu khusus untuk bertemu dengan mereka lalu beliau memberi nasehat dan memerintah mereka.

Dengan demikian pengadaan perpustakaan mini, tape rekorder dan audio visual serta mendatangkan ulama atau orang saleh ke rumah merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan ilmu pengetahuan keluarga.

4. Aspek Ibadah dan Moral

Aspek ibadah yang terpenting adalah shalat, baik shalat fadhu ataupun sunnah. Laki-laki hendaknya membiasakan shalat di Masjid dan perempuan dianjurkan shalat di rumah. Shalat sunnah bagi semuanya lebih utama dilakukan di rumah berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Sebaik-baik shalat laki-laki adalah di rumahnya, kecuali shalat fardhu". (H.R Abu Daud)

Adapun aspek moral, hendaknya semua anggota keluarga menghiasi prilaku masing-masing dengan akhlaqul karimah dan adab yang mulia., seperti makan dengan tangan kanan, masuk rumah orang lain dengan izin, menghargai tetangga, menghormati tamu, melarang anak masuk ke kamar tidur bapak atau ibu tanpa izin khususnya waktu sebelum subuh, waktu tidur malam dan setelah shalat isya; mengintip rumah orang lain dan adab-adab terpuji lainnya. Dan sebisa mungkin menyingkirkan seluruh akhlaq tercela seperti berbohong, menipu, marah, menggunjing, ingkar janji dan semisalnya. Latihlah keluarga anda untuk selalu qana'ah dan rela terhadap pembagian Allah, mencintai dan dekat terhadap orang-orang miskin, senang bersilaturrahmi, hanya mengharap ridha Allah, dan berkata benar walapun dirasa pahit dan penuh resiko.

5. Aspek Sosial dan Lingkungan

Agar kehidupan sosial keluarga memiliki hubungan harmonis, maka sebaiknya setiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk mendiskusikan setiap masalah dan problem keluarga secara transparan dan terbuka sehingga seluruh masalah bisa terpecahkan sebaik mungkin.

Bagi orang tua sebaiknya tidak menampakkan konflik intern di hadapan anak-anak dan semaksimal mungkin merahasikan konflik yang terjadi, agar anak tidak terbebani secara mental , apalagi konflik tersebut membentuk kubu di antara anak-anak. Rumah juga harus diamankan agar tidak dimasuki orang-orang jahat dan orang fasik, sehingga anggota keluarga terbebas dari pengaruh kejahatan. Dan rumah harus kita selamatkan dari pengaruh media (televisi, koran, majalah dan lain-lain) yang merusak iman dan akhlaq, karena media itu lebih cepat memberi dampak negatif kepada keluarga.

6. Akhlaq Bergaul

a. Mentradisikan Pergaulan Yang Baik



b. Menumbuhkan sikap ramah dan santun.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika Allah menghendaki kebaikan kepada suatu keluarga maka Ia anugerahkan atas mereka sifat ramah lagi santun".



c. Tolong Menolong dalam Menyele-saikan Pekerjaan Rumah
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjahit baju, memperbaiki sandal dan mengerjakan pekerjaan lain dengan tangan sendiri, seperti yang telah dituturkan oleh Aisyah: "Sesungguhnya beliau adalah manusia di antara sekalian manusia, membersihkan bajunya, memerah susu kambingnya dan melayani dirinya". (HR. Ahmad)



d. Bersikap Lembut dan Bercanda dengan Keluarga
Bersikap lembut kepada isteri dan anak adalah salah satu faktor yang mampu menumbuhkan iklim yang sejuk dan hubungan yang mesra di tengah-tengah keluarga. Karena itu Rasulallah menasehati Jabir agar mencari jodoh yang gadis dan beliau bersabda:
"Kenapa tidak engkau pilih gadis sehingga engkau bisa mencandainya dan dia mencandaimu, dan engkau bisa membuatnya tertawa dan dia membuatmu tertawa".
Sangat banyak riwayat dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bercanda seperti beliau pernah bercanda dengan isterinya dikala mandi, dengan anak-anak kecil dan cucu-cucunya. Bahkan tatkala ada orang baduwi yang bernama Aqra' berkata: "Saya mempunyai sepuluh anak, saya tidak pernah mencium seorangpun dari mereka". Maka Rasulullah melihat kepadanya dan bersabda:"Barangsiapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak dikasihi. (HR. Al-Bukhari)



e. Menyingkirkan Akhlaq Buruk dari Rumah
Segala sifat buruk dan tercela seperti dusta, menggunjing, mengadu domba atau semacamnya yang terjadi dalam rumah harus disingkirkan dan dibasmi. Dan untuk memberantas sifat buruk itu dibutuhkan kesabaran dan ketulusan karena sifat buruk itu cenderung muncul di tengah keluarga, terlebih bila lingkungan sekitar rumah rusak dan kurang Islami. Aisyah berkata: "Sesungguhnya apabila mengetahui salah satu dari anggota keluarganya berdusta, maka beliau terus berpaling darinya sehingga ia menyatakan bertaubat". (HR. Ahmad)

Demikian sekilas percikan nasehat menuju pembentukan rumah tangga yang islami. (Zaenal Abidin)

Sumber referensi:
1. Manhajut Tarbiyah An Nabawiyah lit Tifli, Muhammad Nur bin Abdul Hamid Suwaid.
2. 40 Nasehat Memperbaiki Rumah Tangga, Muhammad bin Saleh Al-Mun ajjid
Read More......

Michael Jackson Memeluk Islam

Katagori : Muslim Convert News
Oleh : Redaksi 22 Nov 2008 - 3:30 am

Bintang pop ternama dunia, Michael Jackson dikabarkan telah memeluk Islam dan berganti nama menjadi Mikaeel (Mikail), salah satu nama Malaikat yang dikenal dalam Islam
Bintang pop ternama Michael Jackson (50) telah menjadi seorang Muslim - dan berubah nama-nya menjadi Mikaeel (Mikail), salah satu nama malaika yang dikenal dalam Islam.

Jacko, demikian ia akrab disapa dikabarkan telah mengucapkan dua kalimat syahadat di sebuah rumah karibnya di Los Angeles. Sebagaimana dikutip The Sun, kakak penyanyi Janet Jackson ini beralih menjadi Muslim dalam sebuah acara kecil yang dihadiri seorang imam.

Sebuah sumber menyebut, Jacko mengucapkan syahadat di sebuah studio kecil di rumah sahabat karibnya dalam reekaman album baru.

“Mereka mulai membicarakan mengenai kepercayaan yang dianutnya (Islam), dan mengatakan bagaimana kehidupan mereka menjadi baik setelah menganut agama barunya itu. Setelah itu Michael merasa tersentuh dengan ide masuk Islam,” kata seorang sumber Jumat (21/11).

Sebagaimana diberitakan, Jacho sebelumnya menolak menggunakan nama baru Mustafa. Ia justru lebih memilih nama Mikaeel (Mikail).

Michael Jackson telah mengalami pengembaraan ruhani yang cukup lama setelah kehidupannya banyak didera masalah. Sebelum ini, ia bahkan dikabarkan telah akrab dan dekat dengan jamaah Nation of Islam pimpinan Louis Farrakhan.

Banyaknya permasalahan berat yang dialami Jacko, membuat saudara Jermaine Jackson, pernah meminta agar artis yang selalu kontroversial ini memilih Islam sebagai pelindung. Jermaine pernah mengusulkan agar Jacko pergi ke negeri Islam di mana orang shalat 5 kali sehari. Nampaknya, Michael Jackson memikirkan masalah itu. (thesun/ntpost/cha/www.hidayatullah.com)
Read More......

Rabu, 19 November 2008

Berlapang Dada Menghadapi Kritikan

Ditulis oleh KH Abdullah Gymnastiar
Jumat, 24 Juni 2005

Republika Online, Jumat, 20 Mei 2005

Persepsi kita terhadap kritik akan lebih baik bila kita menanamkan di dalam hati bahwa kritik itu penting. Sahabat, apa yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar orang berkata, "Saya ingin mengkritik Anda!". Biasanya, jika seseorang mendapat perlakukan seperti itu, ia akan bereaksi negatif. Seakan-akan kehormatan dan harga dirinya sedang terancam. Ia menganggap kritik sebagai penghinaan yang akan menurunkan harga diri dan mencemarkan nama baiknya


Maka, wajar jika reaksi yang muncul -- entah itu berupa pikiran, perasaan, maupun sikap tubuh -- adalah pembelaan diri. Sulit baginya untuk menerima semua kritikan, apalagi menikmatinya. Akan tetapi, responsnya akan berbeda jika kita mendengar perkataan, "Saya akan memberi kamu kripik". Spontan, kita akan senang menerimanya. Wajah menjadi cerah. Riang rasanya perasaan karena membayangkan akan diberi kripik yang lezat.

Di sinilah perbedaan kata 'kritik' dan 'kripik'. Tetapi, yang terpenting bukan itu. Hal terpenting adalah mengapa kita sampai memunculkan sikap berbeda ketika mendengar dua kata itu? Untuk yang pertama, kita cenderung sungkan menerimanya. Sementara untuk yang kedua, kita malah sering mencarinya. Sebenarnya, masalah kritik dan kripik bisa sama kalau persepsi kita tentang kritik itu kita benahi; bila kata-kata kritik menjadi bagian keseharian yang kita nikmati. Lebih dari itu, kita juga butuh ilmunya sehingga kritik ini menjadi sesuatu yang berarti dan layak kita akrabi.

Dalam menerima kritik, kita memerlukan beberapa trik, sehingga kita bisa menerima kritik tersebut sebagai sarana membangun kemuliaan. Bagaimana caranya? Pertama, rindukanlah kritik dan nasihat tersebut. Selayaknya, kita bisa memposisikan diri menjadi orang yang rindu dikoreksi, dan rindu dinasihati. Seperti rindunya kita melihat cermin agar penampilan kita selalu bagus. Persepsi kita terhadap kritik akan lebih baik bila kita menanamkan di dalam hati bahwa kritik itu penting. Kritik adalah kunci kesuksesan dan kemajuan, kritik akan membuka prestasi, derajat, dan kedudukan yang lebih baik.

Kedua, cari dan bertanyalah. Belajarlah bertanya kepada orang lain dan nikmati saran-saran yang mereka lontarkan. Milikilah teman yang mau dengan jujur untuk saling mengoreksi. Tanyalah kekurangan diri pada orang-orang yang dekat dengan kita. Percayalah, semua itu tidak akan mengurangi kemuliaan. Ketiga, nikmati kritik. Persiapkan diri untuk menerima kenyataan bahwa koreksi itu tidak selalu harus sesuai dengan keinginan kita. Ada kalanya isinya benar, namun caranya salah. Tidak ada yang rugi dengan dikoreksi. Jadi, kalau ada yang mengkritik, usahakan untuk tidak berkomentar. Jangan memotong pembicaraan. Apalagi membantahnya. Belajarlah untuk diam dan menjadi pendengar yang baik.

Keempat, syukurilah. Jangan melempar komentar apapun kecuali ucapan terimakasih yang tulus kepada si pemberi kritik. Tampakkanlah raut muka yang sungguh-sungguh dan penuh perhatian. Sertakan namanya dalam doa-doa kita, terutama bila kita ingat akan kebaikan-kebaikan yang pernah ia berikan. Kelima, evaluasi diri. Jujurlah kepada diri sendiri ketika menerima kritik. Jangan sibuk menyalahkan pengkritik, atau mencari kambing hitam dengan menyalahkan orang lain.

Keenam, perbaiki diri. Buatlah program perbaikan dengan sungguh-sungguh. Jadikan program tersebut sebagai ungkapan rasa syukur terhadap kritik yang datang. Mintalah kepada Allah, sebab perubahan hanya terjadi dengan izin dan kekuasaan Dia. Ketujuh, balas budi. Jangan lupa untuk mengirimkan tanda terima kasih. Bisa berupa barang berharga, makanan, sepucuk surat, atau-minimal-informasi kepada yang mengkritik bahwa kita berterima kasih atas kebaikannya. Selamat menikmati kritik. Wallahu a'lam bish-Tausiyah
Read More......

Indahnya Hidup Bersama Rasulullah SAW

Ditulis oleh KH Abdullah Gymnastiar
Jumat, 24 Juni 2005

Republika Online, Jumat, 29 April 2005

Jika kita mengenal Rasulullah SAW, lalu mengamalkan secara sungguh-sungguh apa yang telah beliau contohkan, maka akan lahir kerinduan untuk berjumpa dengannya. Inilah pertanda cinta yang akan mengantarkan kita menjadi ahli syurga


Saudaraku yang budiman, sungguh, setiap orang merindukan hidup penuh kebahagiaan, kemuliaan, kehormatan, serta sukses dunia akhirat. Namun sayang, kenyataannya seringkali tidak sesuai dengan harapan. Padahal hidup kita di dunia hanya sekali dan belum tentu lama.

Karena itu, kita harus segera menemukan kunci yang dapat membuka pintu karunia yang diidamkan tersebut. Kunci itu adalah pribadi Rasulullah SAW; qudwah hasanah atau contoh terbaik dalam kehidupan. Allah berfirman dalam QS Al-Ahzab ayat 21: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasul itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."

Dari sini, jika kita bersungguh-sungguh mengenal dan meneladani setiap gerak laku Rasulullah SAW, insya Allah, kita akan mendapat keuntungan yang dapat segera dirasakan manfaatnya.

Apa saja yang akan kita peroleh dengan meneladani akhlak Rasulullah SAW? Ada enam keuntungan. Pertama, hidup akan terasa lebih mudah dan indah. Meniru akan jauh lebih mudah daripada menciptakan. Dan, meniru kebaikan bukanlah hal tercela, bahkan akan bernilai ibadah. Apalagi meniru Rasulullah SAW! Dengan meniru beliau, hidup menjadi lebih mudah karena segala sesuatunya telah dicontohkannya.

Ada sebuah ilustrasi. Kita akan lebih menikmati berjalan di rimba belantara bila kita disertai pemandu yang sudah sangat paham, berpengalaman, dan menguasai medan. Begitu juga perumpamaan orang yang selalu mencontoh Rasul yang mulia. Ia akan bisa menikmati beragam episode hidup, betapa pun sulitnya, karena telah ada pembimbing dan teladan terbaik yang menguasai medan kehidupan.

Kedua, hidup menjadi lebih mulia dan terhormat. Dengan meneladani Rasulullah SAW, orang akan merasakan dampak dari kesabaran, kerendahan hati, keikhlasan, kedermawanan, dan kemuliaan akhlak diri. Karena standar prilaku Rasulullah SAW begitu tinggi dan mulia, secara tidak langsung-baik sadar maupun tidak-akan mengangkat martabat, kehormatan, serta kemuliaan bagi siapa pun yang menirunya. Difirmankan, Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (QS Al-Qalam [68]: 4).

Ketiga, akan disukai dan disayangi orang lain. Rasul adalah pribadi yang sangat menyenangkan dan penuh manfaat bagi orang banyak. Dengan mencontohnya, kita pun akan menjadi pribadi yang menyenangkan dan bermanfaat. Konsekuensinya, pribadi seperti ini akan melahirkan simpati, rasa hormat, dan kasih sayang dari orang lain.

Keempat, hidup akan penuh prestasi. Rasul adalah tipe orang yang selalu menjaga mutu dari setiap prilaku. Beliau selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik, dengan konsep yang jelas, perencanaan yang matang, sikap profesional, dan dengan etos kerja yang prima. Hasilnya pun terbukti dan teruji kualitasnya hingga sekarang. Bisa dibayangkan jika kita hidup dengan meniru cara beliau hidup. Kemampuan berkarya dan berprestasi akan makin melejit, potensi berkembang maksimal, aneka masalah akan terkemas menjadi sesuatu yang bernilai tambah bagi kemajuan hidup.

Kelima, akan dicintai Allah. Allah Azza wa Jalla telah berjanji untuk mencintai siapapun yang mencintai kekasih-Nya. Rasulullah SAW adalah orang yang paling dicintai Allah. Bila kita mencintai beliau, maka otomatis cinta Allah pun akan mengaliri kehidupan kita. Allahu Akbar!

Keenam, insya Allah kita akan masuk syurga. Seseorang akan mengikuti prilaku orang yang dicintai dan diidolakannya. Suatu ketika ada seorang sahabat bertanya, "Seseorang mencintai kaumnya. Apakah kelak ia akan bersama-sama mereka?" Rasul menjawab, "Ia akan bersama orang yang dicintainya".

Intinya, jika kita mengenal, lalu mengamalkan secara sungguh-sungguh apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW, maka akan timbul perasaan cinta dan rindu ingin berjumpa dengannya. Inilah pertanda cinta yang akan menjadikan kita ahli syurga. Aamiin
Read More......

6 Hak Seorang Muslim atas Muslim lainnya

Penulis : Marsahid Agung Sasongko

KotaSantri.com : Islam datang untuk mempersatukan hati dengan hati, menyusun barisan dengan tujuan menegakkan bangunan yang tunggal dan menghindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan perpecahan, kelemahan, sebab-sebab kegagalan dan kekalahan. Sehingga mereka yang bersatu itu memiliki kemampuan untuk merealisasi tujuan luhur dan niat sucinya :

1. Apabila engkau menjumpainya, engkau berikan salam kepadanya.
2. Apabila ia mengundangmu, engkau memperkenankan undangannya.
3. Apabila ia meminta nasehat, engkau menasehatinya.
4. Apabila ia bersin dan memuji Allah, hendaklah engkau mentasymitkannya (berdo'a untuknya).
5. Apabila ia sakit, hendaklah engkau menjenguknya.
6. Apabila ia mati, hendaklah engkau antarkan jenazahnya. (HR. Muslim dan Tirmidzi)

Mengucapkan Salam

Awali pertemuan dengan sesama muslim agar hati mereka terikat satu dengan yang lainnya hingga timbulnya rasa saling menyinta dimulai dengan mengucapkan dan menyebarkan salam. Sabda Rasulullah SAW, "Demi Dzat yang diriku dalam genggamanNya, mereka tidak masuk surga sehingga mereka beriman, dan mereka tidak beriman sehingga mereka saling mencinta. Maukah kamu aku tunjukkan sesuatu yang jika kamu mengerjakannya kamu saling mencintai. Sebarkan salam di kalangan kamu."

Salam yang merupakan alat penghormatan kaum muslimin lebih menegaskan bahwa agama mereka adalah agama damai dan aman, serta mereka adalah penganut salam (perdamaian) dan pencinta damai. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah menjadikan salam sebagai penghormatan bagi umat kami dan jaminan keamanan untuk kaum zimmah kami."

Dan seseorang tidak layak memulai pembicaraan kepada sesamanya sebelum ia memulainya dengan ucapan salam, karena salam adalah ungkapan rasa aman dan tidak ada pembicaraan sebelum adanya rasa aman. Rasulullah SAW bersabda, "Ucapkan salam sebelum memulai berbicara."

Memenuhi Undangan

Seorang muslim yang mengundang saudaranya, maka ia berhak didatangi. Oleh karena itu, kewajiban yang diundang adalah mendatangi undangan tersebut sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Penuhilah undangan ini jika kamu diundang."

Undangan yang diberikan dari sesama muslim menunjukkan penghormatan dan perhatian yang besar kepada saudaranya yang diundang tersebut, sehingga bagi yang tidak memenuhi undangan, tentu saja menyebabkan kekecewaan. Mengabaikan undangan disamakan dengan pembangkangan kepada Allah dan Rasul.

Begitu juga sebaliknya, saat seseorang yang datang tanpa diundang, diumpamakan seperti pencuri, karena kedatangannya tidak diinginkan oleh yang mengundang, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, "Barangsiapa diundang kemudian dia tidak memenuhi undangan tersebut, maka ia telah membangkang pada Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa masuk tanpa diundang, maka ia masuk sebagai pencuri."

Memberi Nasehat

Memberi nasehat kepada saudara muslim yang memintanya, hendaklah dipenuhi. Karena nasehat ini dapat mendorong saudaranya ke arah kebaikan. Nasehat yang tulus akan berbekas dan berpengaruh, sehingga dapat masuk ke dalam relung hati yang terbuka untuk menerimanya.

Bagi yang menasehati saudaranya, hendaknya ia mengerjakan apa yang diucapkan, mengamalkan apa yang dinasehatkan, sebab nasehat yang tidak diamalkan dan tidak dijiwai, tidak akan berbekas pada jiwa yang dinasehati.

Dan sesungguhnya agama ini adalah nasehat sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Agama itu nasehat." Kami bertanya kepada beliau, "Nasehat kepada siapa?" Beliau menjawab, "Terhadap Allah, Al-Qur'an, RasulNya, pemimpin-pemimpin, dan seluruh kaum Muslimin."

Mendo'akannya Ketika Bersin

Mendo'akan saudara yang bersin merupakan wujud perhatian dan kasih sayang terhadap saudaranya, sebab tatkala saudaranya itu bersin dan mengucapkan pujian kepada penciptanya, "Alhamdulillah," serta merta ia yang mendengarkannya menanggapi dengan mengucapkan, "Yarhamukallah" (Semoga Allah memberimu Rahmat), ia merupakan ucapan simpati dan do'a atas kondisi saudaranya yang senantiasa memuji Allah dalam setiap keadaan, khususnya saat ia bersin.

Maka mendo'akan dengan Rahmat, layak diberikan pada saudaranya yang telah memuji Allah tersebut. Saat mendapatkan do'a Rahmat, maka saudaranya itu hendaknya juga membalas do'a bagi yang telah mendo'akannya dengan mengucapkan, "Yahdini wayahdikumullah wa yuslih balakum" (Semoga Allah memberiku dan engkau petunjuk dan semoga Allah memperbaiki keadaanmu).

Do'a tersebut cerminan telah terjalinnya ikatan hati antara sesama muslim yang senantiasa menghendaki kebaikan bagi saudaranya.

Menjenguknya Ketika Sakit

Merupakan kewajiban umat Islam untuk mengunjungi saudaranya yang sakit. Hal ini dapat meringankan beban derita si sakit yang merana sendirian dan merasa terasing. Kedatangannya hendaknya dapat meringankan beban si sakit dan dapat menghiburnya.

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat, "Wahai bani Adam, Aku sakit dan kamu tidak menjengukKu." Ia berkata, "Wahai Rabb-ku, bagaimana bisa aku menjengukMu sedang Engkau adalah Tuhan sekalian Alam?" Allah menjawab, "Tidakkah kamu mengetahui bahwa seorang hambaKu fulan sakit dan kamu tidak menjenguknya? Tidakkah kamu mengetahui bahwa andaikata kamu menjenguknya, kamu mendapatiKu di sisinya?" (HR. Muslim).

Rasulullah SAW memberikan motivasi kepada umatnya agar menjenguk orang sakit dengan menempatkannya di antara buah-buahan surga, sabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya seorang muslim apabila menjenguk saudaranya sesama muslim, maka ia tetap berada di antara buah-buahan surga yang siap dipetik, sampai akhirnya ia kembali." (HR. Muslim).

Sangat indah sekali ajaran Islam, setiap kebaikan yang dilakukan untuk orang lain tidak luput balasannya di sisi Allah SWT.

Mengiringi Jenazahnya

Persaudaraan sejati tidak sebatas pada alam dunia saja, saat ajal menjemput, saudaranya ikut berta'ziyah dan mengiringi jenazahnya serta menyaksikan jasad saudaranya dimasukkan ke dalam liang lahat, iringan terakhir di dunia dan kelak akan berjumpa di surganya, Insya Allah.

Allah SWT bahkan akan memberikan pakaian kehormatan bagi mu'min yang berta'ziyah kepada saudaranya sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Majah dari Amr bin Haram, "Tiadalah di antara mu'min berta'ziyah kepada saudaranya yang mendapat musibah, kecuali Allah mengenakan pakaian kehormatan pada hari kiamat."
Read More......

Haji Mabrur

Penulis : M. Syamsi Ali

KotaSantri.com : Diceritakan bahwa di sebuah perkampungan terpencil ada seorang miskin yang bekerja sebagai tukang nyemir sepatu. Walaupun tukang penyemir sepatu dan miskin, semangat dan komitmennya untuk pengabdi kepada Penciptanya sangat besar. Bahkan tidak ketinggalan mengimpikan untuk dapat melaksanakan ibadah haji di suatu hari.

Untuk mewujudkan mimpi itu, disisihkanlah penghasilannya dari ke hari, bulan ke bulan, bahkan dari tahun ke tahun. Kalaulah seandainya bukan karena iman dan tawakkal yang tinggi, pastilah hamba Allah ini patah semangat, sebab uang yang dikumpulkan itu tidak pernah mencukupi biaya haji yang dibutuhkan. Namun didukung oleh semangat penuh dan kerja keras, hingga suatu ketika dirasa bahwa bekal untuk berhaji telah mencukupi.

Segala persiapan pun dilakukan. Niat telah bulat, perbekalan ada di tangan. Kini tinggal memulai perjalanan itu. Hati hamba ini bersuka ria tiada habis memuji kebesaran Ilahi. Dan tibalah masa untuk memulai perjalanan itu. Tiba-tiba di saat akan meninggalkan rumahnya, terdengar kabar bahwa tetangganya terjatuh sakit dan memerlukan bantuan keuangan untuk pengobatan.

Sang hamba itupun mengalihkan langkah kakinya menuju kediaman tetangga itu. Dilihatnya tetangganya tergeletak lemah, merintih menahan sakit, dan berharap jika ada yang berkenan membantunya untuk meringankan bebannya itu. Dia pun dengan ikhlas dan tekad karena mencari ridha Allah SWT, memberikan bekal perjalanan hajinya kepada tetangga dengan harapan Allah memberikan keringanan bagi penderitaannya.

Singkatnya, sang hamba itu gagallah berangkat ke tanah suci. Sebuah ambisi pribadi pengabdian kepada Rabb-nya yang telah lama diidamkan. Namun dalam hatinya, dia puas karena mampu memberikan secercah harapan dan ketenangan kepada tetangga yang tergeletak lemah dan tak berdaya itu.

Di kota terdekat dari kampung tukang sepatu ini juga ternyata ada beberapa orang yang menunaikan haji pada tahun yang sama. Bahkan beberapa di antaranya berangkat menunaikan ibadah haji untuk kesekian kalinya.

Singkat cerita, tibalah masa wukuf di Arafah. Sang hamba yang gagal berangkat haji itu kembali menggeluti pekerjaan hari-harinya dengan penuh ikhlas. Gembira dalam setiap saat bersama ridha Tuhannya. Hatinya seolah bernyanyi ria dalam genggaman rahasia Ilahi. Bergerak mengikuti hempasan ombak takdir kekuasaanNya. Gerakan-gerakan tangannya selalu teriringi oleh pujian dan tasbih kepada sang Khaliq, Pencipta alam semesta.

Sementara itu, manusia di padang Arafah hanyut dalam kekhusyu'an ibadah mereka. Terdengar lafaz-lafaz dzikrullah dan pujian dalam AsmaNya. Siang yang terik itu menjadikan sebagian para haji tertidur diirngi tasbih dan kekhusyu'an.

Salah seorang dari jama'ah yang berada di padang Arafah itu adalah seorang saudagar kaya dan terpandang dari sebuah kota dekat perkampungan hamba Allah yang miskin tadi. Sang saudagar ini tertidur pulas di tengah-tengah kekhusyu'an manusia memuja Rabb mereka. Dalam tidurnya itu, sang saudagar ini bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW.

Beliau pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, siapakah di antara hamba-hamba Allah yang menunaikan ibadah haji tahun ini yang diterima sebagai haji mabrur?"

Rasulullah kemudian menjawab dengan tersenyum ramah, "Si fulan," seraya menyebutkan nama sang hamba miskin itu.

Saudagar itu terkejut dan ingin tahu siapa gerangan dia yang beruntung itu. Maka beliau pun menyambung pertanyaannya, "Wahai Rasulullah, siapa gerangan dia dan berasal dari mana?"

Rasulullah kembali menjawab dengan ramah, "Dia adalah seorang hamba Allah dari perkampungan fulan," seraya menyebutkan nama kampungnya.

Mendengarkan itu, saudagar itu terkejut dan hampir tidak percaya. Mana mungkin, pikirnya, ada seseorang yang pergi haji dari kampung itu. Semua penduduknya adalah miskin. Penghasilannya tidak mungkin mencukupi untuk seseorang bisa menunaikan ibadah haji. Pergolakan batin sang haji itu yang setengah percaya dan tidak menjadikannya terbangun.

Setelah menunaikan ibadah hajinya, saudagar itu segera kembali ke kotanya. Keinginannya sangat besar untuk tahu siapa gerangan orang yang mendapatkan haji mabrur dari perkampungan yang disebutkan itu. Ditelusurinya kampung itu, tapi tak seorang pun mengaku melakukan ibadah haji. Lalu dia teringat nama yang disebutkan oleh Rasulullah SAW tadi, maka dicarinya orang itu. Ternyata dia hanyalah seorang tukang semir sepatu yang miskin.

Saudagar itu pun meminta sang penyemir itu menceritakan perihal dirinya, dan sampai Rasulullah SAW menjamin baginya haji mabrur. Maka dengan tenang tapi dengan hati yang bahagia sang penyemir itu bercerita panjang, mulai dari niatannya untuk haji, mengumpulkan perbekalan sedikit demi sedikit, hingga saat-saat pemberangkatan dan bantuannya kepada tetangganya yang membutuhkan.

"Barangkali niatku yang bulat dan kerja keras dan tekadku itu yang diterima. Saya pun ikhlas dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT," katanya sambil tersenyum melirik pak haji.

Tak lupa juga sang penyemir sepatu ini menyampaikan selamat kepada sang haji seraya berdo'a semoga mendapatkan haji mabrur
Read More......

Selasa, 18 November 2008

Lestarikan Alam Demi Anak dan Cucu kita




Hutan di mana-mana telah gundul karena keserakahan dan demi kepentingan pribadi manusia yang hanya mementingkan isi perutnya sendiri. Marilah kita mulai melestarikan alam yang semakin hari semakin mengkwatirkan. Indonesia yang dulu hijau kini........ Indonesia yang dulu subur kini.......... Akan jadi apa Negara Indonesia yang kita cintai ini untuk 5 tahun, 10 tahun dan bahkan 20 tahun ke depan.......
Read More......

Sabtu, 15 November 2008

Do'a kepada Orang Tua

Apabila anak Adam wafat putuslah amalnya kecuali tiga yaitu sodaqoh jariyah, pengajaran dan penyebaran ilmu yang dimanfaatkannya untuk orang lain, dan anak yang mendoakannya. (HR. Muslim)


Apabila seorang meninggalkan do’a bagi kedua orang tuanya maka akan terputus rezekinya. (HR. Ad-Dailami)

Anak yang berbakti hendaknya kita senantiasa berdoa untuk ibu bapak kita. Di antara doa-doa untuk orang tua yang tercantum dalam Al Qur’an adalah sebagai berikut:

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:

Robbirhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo

“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” [Al Israa’:24]

Robbanaghfir lii wa lii waalidayya wa lilmu’miniina yawma yaquumul hisaab

“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” [Ibrahim:14]

Robbighfir lii wa li waalidayya wa li man dakhola baytiya mu’minan wa lilmu’miniina wal mu’minaati wa laa tazidizh zhoolimiina illa tabaaro

“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.” [Nuh:28]

Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo

“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
Read More......

Hape Kesayangan


Hapeku berbunyi dengan nyaring
Di malam gelap terasa bising
membuat kepalaku menjadi pening
Dari operator yang ngga penting

Hapeku berbunyi lagi
kukira dari pujaan hati
Selalu ku tunggu sampai malam sepi
Ternyata dari operator lagi

Hapeku berbunyi biasa
Tak terasa ga ada pulsa
Menunggu kiriman dari si dia
Ternyata ga pernah ada

Hapeku berbunyi
Ternyata bukan dari pujaan hati
Tiap malam selalu ku nanti
Kapankah kau datang wahai BIDADARI..........
Read More......